Kamis, 24 Januari 2013

Cerita Seru - Akibat Hujan

Suryani duduk dengan batik melilit tubuhnya dan
kebayanya dan sanggulnya masih tetap rapai. Mereka harus
pulang kembali ke desa setelah seharian menghadiri pesta
adiknya. Baru saja dia naik ke boncengan sepeda motor
yang dikenderai oleh anak sulungnya Totok, tiba-tiba halilintar
menggelegar. Sementara perjalanan kembali ke desanya
memakan waktu dua jam.
"Ayo buk buk, cepat naik, semoga kita bisa cepat di desa
simpang tiga agar kita bisa ke warung bulek," kata Totok.
Suryani pun naik ke boncengan dan kenderaan melaju. Totok
yang baru mendaftar di SMU besoknya harus mulai masuk
sekolah. Kenderaan pun melaju dikenderai Totok anak
semata wayang itu.
Belum setengah jam berjalan, hujan seperti tercurah deras
dari langit. Demikian lebat, seperti tidak ada aba-aba yang
diawali dengan gerimis. Kabut berseliweran. Udara yang
dingin di pegunungan itu pun menjadi semakin dingin. Cepat
Totok turun dan mengambil mantel hujan dan mereka
mengenakannya. Walau sudah sempat kuyup, mereka
berharap, udara tidaklah terlalu dingin bila mengenakan
mantel hujan. Kenderaan kembali melaju dan jalan tanah itu
menjadi licin. Sepeda motor bebek yang mereka kendarai
berjalan meliuk-liuk. Saat menurun, sedikit agak tajam, walau
sudah di rem, kenderaan terus melaju dan meliuk-liuk lalu
mereka terjatuh ke lembah yang berkedalaman berkisat
tujuh meter.
Untung saja kenderaan mereka tidak rusak, namun mantel
mereka robek dan kain batik Suryani juga robek lebar,
sedang [pergelangan kaki kabnannya terkilir atau keseleo.
Suryani meraung. Ketika di papah, dia tetap susah berjalan
bahkan tak bisa berjala. Totok menutupi tubuh ibunya
dengan mantel dan dia dudukkan ibunya di bawah pohon
sawit. Totok membenahi sepeda motornya dan didorong ke
sebuah pondok 10 meter dari tempat mereka terjatuh.
Totok kembali keopada ibunya. Ibunya yang mungil, kecil, putih
dengan mudah dibopong oleh Totok.
Suryani memeluk Totok anak tunggalnya itu dengan kuat.
Kebayanya yang lepas kancingnya, menempel ke dada Totok
dan Totok saat membopong ibunya sebelah tangabnnya
berada di tengkuk ibunya dan sebelah kanan tangannya
memeluk paha ibunya yang putih mulus. Inikah kesalahan
atau kebetulan? Iblis mana yang membuatnya tiba-tiba
bernafsu dan jakarnya jadi menggeliat, entahhlah.
Pada pondok ada tempat duduk. Di sana mereka duduk dan
Totok melepaskan mantel hujan yang menutupi tubuh
ibunya. Totok melihat jelas Bra ibunya, karena kebayanya
yang terlepas kancingnya.
"BUka saja bajunya bu, biar diperas, nanti ibu masuk aingin,"
kata Totok. Seperti kerbau dicucuk hidungnya, Suryani
membuka kebayanya dan Totok memerasnya. Dari bawah
tempat duduk sepeda motornya, Totok mengambil dua buah
kain lap yang masih kerang yang biasa digunakan untuk
mencuci sepeda motr. Dengan kain lap itu, Totok melap
tubuh ibunya. Saat tiba di dada ibunya, dia hampir saja
behenti karena takut atau segan. Tiba-tiba pula rasa segan
dan malu itu hilang dan dia pun melap belahan dada ibunya.
Tidak sampai disitu saja, dia lepas pengait Bra ibunya dan
lepaslah semuanya, hingga Totok melap tetek ibunya.
Sementara gubuk yang mereka tempati semakin gelap dan
berkabut.
"Kamu melihat apa?" Suryani memecah keheningan. Totok
tersadar.
"Oh... tidak Bu. Aku hanya kagum pada tetek ibu. Bukan hanya
pada tetek ibu, tapi pada semua yang ada pada ibu," kata
Totok. Dia pu8n memakaikan kembali pakaian ibunya, walau
tanpa Bra lagi. Totok juga memeras bajunya sendiri.
"Kainnya juga diperas ya Bu, biar tak masuk angin," kata
Totok. Suryani yang masih menganggap anaknya seperti
anak-anak dan selalu dimanjanya itu, lupa kalau Totok
anaknya itu sudah berusia 17 tahun. Suryani pun diam saja,
saat Totok melepas stagen, kemudian melepas kain
batiknya. Totok memerasnyam, kemudian melirik CD putih
yang dikenakan ibunya yang berusia 38 tahun itu. Pahanya
yang putih mulus, dimana tanpa sepengetahuan Suryani,
Toto selalu mengintipnya saat dia mandi dan membuat
Totok selalu onani membayangkan ibunya. Setelah kain bati
itu diperas sekuat mungkin dan airnya tercurah, Toto
kembali melilitkan kain itu ke tubuh ibunya dengan asal-
asalan.
Toto benar-benar tegangh, tidak tau bagaimana harus
memulainya, sebab dia sudah lama sekali ingin menyetubhi
ibunya, dan dia selalu membenci ayahnya, bila dia melihat ibu
dan ayahnya mesra berduaan di rumah. Sebuah
kesempatan bagi Toto, begitu melihat tubugh ibunya
mengggigil kedinginan. Di peluknya tubuh ibunya yang
kedinginan itu. Saat berpelukan itulah Totok mengeluarkan
penisnya yang sudah menegang. Dengan cekatan, Totok
kembali melepas kain batik ibunya, kemudian menguakkan
celana dalam ibunya.
"Tok... kenapa? Apa yangh kamu perbuat, aku ini ibumu, lho..."
bentak Suryani. Tapi dia tidak bisa bergerak, karena
pergelangan kaki kanannya mulai membengkak karebna
keseleo. Toto dia saja. Dia penganut sedikit bicara banyak
kerja. Dari selah-selah celana dalam yang terkuak itulah
Totok menusukkan penisnya.
"Totok... kamu ini sudah keterlaluan. Ayah aku akan laporkan
kepada ayahmu," bentak Suryani sekuat-kuatnya Namun
suaranya kalah dengan suara derasnya hujan dan suara
guruh yang tak henti. Suryani punmemukuli tubuh Totok
berkalikali. Suryani meronta. Namun saat merionta itu,
membuat penis Totok semakin dalam memasuki ruag gelap
ibunya.
Totok megangkat tubuh ibunya dan dia duduk di sebuah
bangku dan dipeluknya ibunya yang berada di atas
mengangkangi tubuhnya. Diciuminya leher ibunya, seperti apa
yang selalu dia saksikan dalam film-film biru yang selalu
mereka tonton bersama teman-temannya di sebuah
tempat rahasia.
"Bu.. akui mencintaimu. Aku sudah lama sekai menginginkan
seperti ini," kata Totok ke telinga Suryani. Totok terus
menjilati leher ibunya dan meremas-remas teteknya dengan
sebelah tangan, sementara tangan sebelahnya lagi kuat
memeluk ibunya.
Suryani sudah tidak lagi memeukuli anaknya. Dia sudah
kelelahan. Totok terus menekan penisnya ke dalam lubang
ibunya. Celana dalanm putih ibunya yang sudah agak usang
itu pun dia robek, hingga tak ada lagi penghalang. Sentuhan
kulit paha ibunya dan kulitnya sendiri semakin melengket.
Rasa dingin menjadi hangat, saat tetek Suryani dan dada
Totok melekat jadi satu. Totok pun mulai mengecup bibir
ibunya. MUlanya diam, namun lama-kelamaan apakah sadar
atau tidak, Suryani membalas juga lumatan bvibir anaknya,
bahkan lidah mereka sudah saling bertautan.
Perlahan-lahan saat Totok diam, dia merasakan tubuh
ibunya mengeliat dan Totok merasakan pantat ibunya mulai
bergoyang. Dalam hati Totok tersenyum.
"Ibu, aku mencintaimu. Aku cemburu pada ayah. Aku tak
mampu melihatmu bermesraan berdua..." kata Totok beerisik
sembari menjilati cuping telinga Suryani. Suryani diam saja.
Dia tak menjawab. Jawabannya, Suryani semakin kencang
memutar0-mutar pinggulnya, hingga penis Totok
menggesek-gesek dinding rahimnya.
"Ah... kamu nakal sekali...." rintih Suryani sat pingulnya terus
menggeliat-geliat.
"Jangan lapor ke Ayah, ya Bu..." nalas Totok memeluk ibunya
dengat kuat.
"Aku pasti lapor...." kata ibunya, semakin bergairah.
Mereka pun saling memekluk saling menjilat dan saling
menggigit.
"Kamu nakal nak..." kata Suryani mendesah.
"Ibu lebih nakal..." kata Totok dan memeluknya semakin kuat.
"Huuuuhhhhh...."
"Aku sudah mau keluar Bu..."
"Tunggu bentaaaaaarrrrrr...."
"Gak t ahan lagi BU...."
":Bennnntttttaaaaaarrrrrr...
"Buuuuu......"
Saat itu Suryani menekan kuat tubuhnya, hingga penis Totok
benarpbenar berada di ujung rahin ibunya dan hangtat.
"Terseraaaaaahhhhhh....." Suryani berhenti bergoyang, tapi
malah sebaliknya demikian kuat memeluk anaknya dan
menciumi leher anaknya itu bertubi-tubuh. Saat itu dia
merasakan dia mengeluarkan sesuatu dari tubunhnya, tak
lama kemudian dia merasakan ada cairan hangat beberapa
kali nyemprot dari kemaluan anaknya.
Dian...
Hening...
"Kamu nakal sekali. Kepada ibumu pun kamu bisa berbuat
seperti ini. Dasar anak kurang ajar," kata Suryani mencubit
pipi Totok sembari tersenyum. Totok menjawabnya dengan
sebuah kecupan di bibirnya. Lalu penisnya pun mengecil dan
lepas dari vagina ibunya.
"Aku mencintaimu, Bu. Aku membenci ayah..." katanya lirih.
"Kamu tak boleh membencinya. Kamu ada, karean dia ada,":
kata Suryani sembari membenahi pakaiannya.
"Bu... Aku mencintaimu. Aku ingin terus seperti ini," kata Totok.
"Hmmm. Enak aja kamu," kata Suryani dan kembali memijat
hidung anaknya dan tersenyum.
Hujan lama kelaqmaan berhenti, tinggal rintik. Walau rintik,
kadung sudah basah kuyup mereka bersepakat untuk
menerobos saja agar cepat sampai di rumah. Dengan
aperlahan-lahan mereka mengenderai sepeda motor untuk
pulang dan Totok diminta hati-hati karena pergelangan
kakinya masih sangat sakit.
"Begitu dong, Bu./ Peluk yang kuat dan semesra mungkin,"
kata Totok, saat Ibunya memeluk pinggangnya karean takut
jatuh. Mendengar ucapan Totok, Suryani mencubit pinggang
anaknya. Keduanya terkekeh tertawa. Suryani juga tertawa
karean senang. Sudah empat tahun dia sudah mendapatkan
kepuasan dari suaminya yang pemabuk itu. Tapi suaminya
tetap saja bangga, karean setiap kali selesai bersetubuh
dengan suamintya, Surtyani tetap memuji kehebatan
suaminya, walau dalan hatinya dia menjerit pedih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar