Senin, 21 Januari 2013

Cerita Seru - Aku dan Family

Aku pada saat berumur 23, menjadi insinyur dan pekerjaan dengan gaji besar dan memiliki mobil sendiri. Karena kesibukanku, akhir2 ini keluargaku berusaha keras mencari seorang perempuan untuk kunikahi. Aku tidak ingin menikah dengan perempun kaya, karena perempuan jenis ini dalam anggapanku cenderung tak setia, maka aku minta pada orang tuaku untuk mencarikan seorang perempuan manis, belum kuliah, dari keluarga kecil dan sederhana, kalau perlu miskin. Aku ingat pertama kali kujumpa mertuaku dyah. Dia diundang orang tuaku ke rumah untuk membicarakan masalah ini. Waktu itu usianya 38, mempunyai rambut panjang, kulit kream bersih tubuh yag bagus dan dada besar. Dia waktu itu berpakaian anggun dengan blus yang menampakkan dengan jelas dadanya yang penuh. Kesan pertama ku, Dyah adalah salah satu perempuan yang hendak diperkenalkan orang tuaku padaku; mungkin mereka tengah mewawancarai diam2 untuk dilihat jika dia pantas. Orang tuaku kemudian memperkenalkanku padanya. Aku mengangguk padanya, sambil berpikir, kenapa orangtuaku mencarikanku wanita yang jelas lebih tua dariku. Karena belum ada penjelasan apa2 dari orang tuaku, aku diam saja, dan kemudian meninggalkan ruang. Tapi, postur tubuh dan gayanya yang matang itu membuatku tiba2 terangsang. Aku ingin mengetahui lebih banyak tentang Dyiah dan diam2 mengintip percakapan mereka. Aku akhirnya mendengar dengan jelas, Dyiah ternyata bukanlah istri untukku, tapi ibu Santy bakal pengantin perempuanku. Fotoku telah ditunjukkan ke Santy dan dia setujui menikah denganku sepanjang aku juga tertarik padanya dengan syarat bahwa ibunya Dyiah tinggal bersama kami. Aku juga tahu, bahwa Dyiah telah menjanda sejak umur 26 dan adalah seorang guru miskin. Setelah dia telah meninggalkan orang tuaku, kami mulai mendiskusikan berbagai hal. Orangtuaku menunjukkan aku foto Santy'. Santy jelas menerima warisan kecantikan ibunya termasuk dadanya yang besar. Aku tidak ragu dan minta orang tuaku cepat2 saja melamar perempuan itu. Aku juga menyatakan no problem ketika orangtuaku bertanya tentang persyaratan Santy yang menginginkan ibunya tinggal bersama kami. Orang tua ku sangat bahagia. Singkat cerita aku menikahi Santy dan malam perkawinan sungguh luarbiasa. Kami bersetubuh berjam2 sampai pagi menjelang. Persetubuhan itu membuatku sangat haus dan kelaparan. Sekitar 3.00 pagi pada malam pertama kami dan sesudah persetubuhan yang melelahkan, aku bangun meniggalkan tubuh montok telanjang Santy menuju dapur yang berseberangan dengan kamar tidurku. Saat di dapur penisku mengeras lagi, tubuh yang montok itu terlihat jelas dari arah dapur. Tiba2 aku melihat Dyiah di dapur sedang membungkuk seperti mencari sesuatu. Dadanya yang besar terlihat jelas melalui blus tipis nya. Dia hanya mengenakan rok dalam, memperlihatkan dengan jelas tidak ada apa2 lagi di baliknya. Rambutnya yang biasa diikat kini membuka penuh. Payudaranya seperti terguncang ketika dia bergerak menegakkan tubuhnya saat melihat kehadiranku. Penisku tiba2 berdiri seketika melihat dadanya yang bergetar dari sisi ke sisi, kaki nya yang terbuka lebar dengan rok dalam yang tipis menunjukkan paha indah mengikuti pinggul besarnya. Aku tidak mencoba untuk menyembunyikan penisku yang terlihat mengeras dari celanaku dan berjalan menghampirinya. ”Bu, lagi ngapain malam2” tanyaku sambil tetap menatap – tepatnya mengintip- dadanya. ”Ibu pikir kalian pasti lapar’’ dia berkata sambil menjilat bibir nya memandang penisku yang makin memperlihatkan kemah dalam celanaku. Sejak aku berjumpa Dyiah untuk pertama kali nya, aku telah memiliki keinginan yang aneh terhadapnya, tapi tak pernah mimpi akan mengalami kejadian seperti saat ini. Aku dengan hati-hati menjawab pertanyaannya: ”Ibu pasti juga sangat lapar, silahkan ibu aja dulu yang makan” Dia berkata: ”Ah, sudah bertahun-tahun ibu tak pernah makan lagi”. Aku terpana mendengar jawaban yang penuh makna itu. ”Kalau begitu, cicipilah, ciciplah sedikit apa saja yang telah membangkitkan selera makan ibu”, kataku. Dia terdiam sejenak, menatapku lama. Aku tidak dapat sabar menunggu kekosongan seperti itu. Tiba2 saja aku maju selangkah dan merengkuhnya dalam sebuah pelukan kuat dan kemudian menciumnya di bibir. Dia seperti tersedak, tubuhnya tiba2 bergetar seperti kedinginan. Tapi tubuhnya panas, membuat penisku makin mengeras. Dia seperti ingin meronta, tapi tak dapat leluasa bergerak karena dekapan kuatku. Tanganku menangkup buah dada yang besar. Tubuhnya bergoncang makin keras, rontaannya juga menguat, tapi tak ada suara yang keluar dari kerongkongannya. Dia mungkin takut suaranya akan membuatku istriku terjaga. Aku makin berani, tanganku menyelusup ke dalam mencari buah dada yang dulu pernah membuatku berkhayal jorok tentangnya. Sungguh tak sangka, buah dadanya lebih besar dari Santy anaknya, yang baru saja kusetubuhi dengan ganas. Putingnya bahkan lebih besar, puting inilah yang pernah dihisap istriku ketika bayi. Aku sudah tak dapat lagi mengontrol diri, rontaannya juga melemah, deru napasnya yang malah makin kuat terdengar. Dengan sekali gerak tiba2, aku mengangkat blus longgarnya dari bawah, dan buah dada besar itu kini terpampang jelas di mataku. Putingnya mencuat ke atas, seakan menantang. Mulutku dengan gampang mengulumnya dan menghisap sambil sekali2 menggigit kecil dengan gemas. Rontaan mertuaku hilang diganti dengan dekapan erat kedua tangannya pada kepalaku. Dia masih sempat berbisik di telingaku: ”Wan, nanti Santy terbangun”. Bagiku itu bukan protes yang patut dipertimbangkan. Nafsuku malah makin naik ke ubun2. Sambil tetap mengulum puting yang sebesar jempol itu, tangku merayap ke bawah dan menemukan lembah berumput yang basah. Disana aku menemukan barang kecil yang kuusap dengan pelan. Dia mengejang, tersengih malah kehabisan napas. Mulutnya masih coba berkata: ”Wan, Wan......” Tapi, hanya itu. Pikiranku sedang mengarah pada lubang lembap yang makin basah di bawah. Dua jariku sudah masuk ke dalam, dan seperti menemukan sesuatu yang tidak biasa. Lubang itu seakan menghisap dan menggigit. Sungguh sukar dipercaya ada lubang yang seperti ini. Pelan2 tanganku yang satu lagi sudah menyingkapkan sarungkku ke atas. Pelan2 kusorongkan penisku yang keras dan besar ke daerah yang sesuai. Dia seperti sudah tak sadar akan sekelilingnya, seperti tersenyum. Dengan satu hentakan, kudorong pinggulku memasuki lubang yang hangat itu. Dia tersedak sesaat, penisku masuk sebagian, kudorong lebih keras lagi, masuk lagi sedikit. Aku sudah tak sabar, kuangkat pahanya sebelah dan sambil menekan tubuhnya ke dinding kudorong lagi. Blessss...........amblas semua. Tiba2 dia tak lagi menyembunyikan perasaannya ketika aku berhasil mengambil semua miliknya itu dengan satu kali dorongan. Sia menjerit seakan sangat gembira, AUH Ohohohohooh amit amit Ohhohhoohoh!!!!!! Besarnya, auh auh...... OHHHHHHHHHHHHHHHHHHH!!!!!!!!! Dia mencekram kepalaku, menarik rambutku, perih terasa tapi tak ada apa2nya dibanding kenikmatan vaginanya. Aku tidak lagi memikirkan apa2, suaranya yang merintih keras harusnya membangunkan istriku, aku juga tak peduli. Doronganku makin keras, cepat dan bertenaga. Perhatianku. Lebih banyak pada kesibukanku mengulum putingnya sambil mengangkat pahanya serta mendorongkan penisku lebih dalam. Kegaduhan yang ditimbulkannya bagiku malag makin membuatku melayang. Mertuaku jelas menikmati ritme penisku, desahan dan rintihannya, penerimaannya dengan mendesakkkan pinggulnya pada pinggulku, menghimbau penisku masuk lebih dalam, adalah bukti tak terbantah. Tumit sekali2 naik, megatur irama dengan berlandaskan lantai dingin dapur. Semakin dia merintih semakin keras aku memasukkan penisku ke dalam vaginanya. Erangnnya makin tak terkendali. Dan tiba2 dia mengejang keras, oooooooooh ...ohhhohhhohhh kekasih ku cinta ku ohhhhhhhh!!!!!!!!!!!! . Pekikan Dyiah menggema dan menyangkut di dinding dapur, mengalahkan pekikakn istriku sejam yang lalu. Aku tak dappat lagi bertahan, jepitan dan hisapan vaginanya membuatku menghenatk kasar dan memuntahkan semua isi buah zakarku ke dalam lubang yang nikmat itu. Keheningan dan kelelahan membuatku sadar bahwa istriku masih ada di kamar. Pikiiran jernihku mulai muncul pelan2 setelah kenikmatan yang tak terlukiskan itu pelan2 reda. Sebelum aku berbuat apa2, tiba2 mertuaku memberosot turun, menangkupkan tangannya ke vaginanya agar maniku tak berceceran keluar dan berlari menjauh menuju kamarnya tanpa menoleh lagi. Dengan rasa lelah aku kembali ke tempat tidur, istriku masih terlihat nyenyak. Badan telanjangnya masih dalam posisi seperti sebelumnya. Dengan lelah aku membaringkan tubuhku di sampingnya dan terlelap hingga pagi datang. Aku terbangun ketika merasa penisku seperti di usap2. Kullihat istriku mengusap pelan2 dan menciumnya dengan penuh perasaan. Kantukku hilang tiba2, membayangkan bahwa cairan vagina ibunya masih melekat disana. Penisku langsung mengeras dan Shanty dengan lahap mengulumnya sekalian. Aku ingin menjerit kesenangan, dan tanpa pendahuluan lagi, kubalikkan tubuhnya dan kumasukkan penis yang sudah tak sabar lagi untuk berendam dalam kehangatan vaginanya. Sambil tersenyum dan menggerakkan pinggulnya menerima desakan penisku, Shanty mendesah :”Bang, enak banget....”. Aku hanya menggeram: ” Vaginamu enak dan hangat, Shan”. Dia mengerang lagi, matanya makin terpejam. ” ”Enak mana dibanding ibu, Bang?” bisiknya tiba2. Aku terperangah, gerakanku terhenti. Tapi, sambil menggerakkan pinggulnya dan memelukku makin erat ke tubuhnya, Shanty berkata:”Semalam aku melihat kalian bercinta. Aku bahagia ketika ibu menjerit puas karena penismu ini, Abang luarbiasa deh”. Bagiku, kalimat ini bagaikan suara dalam mimpi, merangsangku ke puncak tertinggi yang tak pernah ada sebelumnya. Bayangan bagaimana aku semalam menyetubuhi ibunya dan sekarang menyetubuhi anaknya membuatku terbang. Shanty juga merasakan hal yang sama, bagaimana penis yang sama menyodok ibunya semalam dan sekarang dengan ganas juga menusuk vaginanya membuatnya lebih cepat klimaks. Dan kami terbadai dengan kenikmatan tiada tara, kelelahan. . . Santy kemudiannya menceritakan padaku bahwa dia telah lama ingin memberikan ibunya seorang pria yang dapat membuatnya bahagia. Ibunya telah lama menjanda dalam usia muda, mengurusnya dengan penuh kasih dan perhatian, merelakan tubuhnya tersia2 demi anaknya sendiri. Kemudian dia diam2 bertekad akan membahagiakan ibunya dengan cara yang tak pernah terbayangkan: membagi suaminya dengan ibunya. Karena dia tahu, hanya dengan cara seperti itu dia dapat menjaga ibunya tetap dapat aman, terurus dan mereka tetap bersama. Sungguh tak percaya aku mendengar cerita itu. Tapi Shanty memohon padaku agar jangan beritahu ibunya bahwa dia mengetahui persetubuhan tersebut. Dia tak ingin ibunya rikuh dan menjauh. Bagiku, tak ada hal yang seindah ini. Hidup dengan dua perempua yang memiliki vagina enak dan hangat. Setiap saat berendam dalam kehangatan itu tanpa takut apapun. Sampai saat ini, aku memiliki tiga anak dari Shanty, hubungan kami tetap berlanjut. Mertuaku pernah hamil akibat perbuatan kami, tapi dia tak setuju untuk memiliki anak dariku, karena khawatir tentang statusnya. Aku oke saja bagiku selagi masih bisa menikmati tubuhnya, apapun bolehlah. Walaupun kemudian Dyah tahu bahwa Shanty tahu hubungan kami, tapi ternyata tak berakibat buruk. Dyah memutuskan tetap tunggal bersama kami, berbagi kebahagian dan kehangatan bersama. Aku merasa seperti manusia yang paling beruntung di dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar